Psikolinguistik "Teori- Teori Pembelajaran Bahasa- Teori Pembelajaran Kognitivistik"
Pengertian Teori Pembelajaran
Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara
hal yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar
menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’
membimbing apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.
Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran:
1. teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa
terdapat banyak kecenderungan cara belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah
dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk ke sekolah.
2. teori ini juga terkait dengan adanya struktur
pengetahuan. Ada 3 hal yang terkait dengan struktur pengetahuan:
a.struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan
suatu informasi yang sangat luas.
b.struktur pengetahuan tersebut harus mampu membawa
siswa kepada hal-hal yang baru, melebihi informasi yang telah dijelaskan.
c.struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala
berpikir siswa, mengkombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain.
3. teori pembelajaran juga terkait dengan
hubungan yang optimal. Seorang guru harus mampu mencari hubungan yang mudah
tentang sesuatu yang akan diajarkan agar murid lebih mudah menangkap informasi
tersebut.
4. yang terakhir, macam dari teori pembelajaran
yang sudah ada, diantaranya :
a) Teori
Pembelajaran Deskriptif dan Perspektif
b) Teori
Pembelajaran Behavioristik
c) Teori
Pembelajaran Kognitivistik
d) Teori
Pembelajaran Humanistik
e) Teori
Pembelajaran Konstruktivistik
Prinsip-prinsip teori kognitif ialah pemrosesan
informasi yang aktif melalui tahapan (a) mengumpulkan informasi dan mengubahnya
menjadi kode-kode, (b) menyimpan informasi, dan (c) mengingat kembali apabila
diperlukan.
Aplikasi praktis teori kognitif dalam pembelajaran
ialah bahwa pembelajaran harus menekankan perhatian siswa, strategi mengingat,
pengulangan, dan mengutamakan makna bukan memorasi.
Teori Pembelajaran
Kognitivistik
Berikut ini akan dikemukan beberapa teori pembelajaran dalam
psikologi yang bertumpu pada teori
kognitif. Teori-teori ini pada awal kelahirannya dimulai dengan penggabungan
teori S – R dan teori Gestalt yang dilakukan oleh Tolman dan kawan-kawan. Yang
dimaksud teori kognitif adalah pengkajian bagaimana persepsi mempengaruhi
perilaku dan bagaimana caranya pengalaman mempengaruhi persepsi. Dengan kata
lain, teori kognitif mengkaji proses-proses akal atau mental yang berlaku pada
waktu proses pembelajaran berlangsung.
a.
Teori Behaviorisme Purposif dari Tolman
Teori pembelajaran menurut S-R mengajarkan bahwa pembelajaran
bergantung pada pengukuhan yang bermaksud bahwa apabila sesuatu perilaku atau
gerak balas (respons) selalu menghasilkan ganjaran, maka respons atau gerak
balas itu akan menjadi “milik” tetap atau bagian yang tetap dari keseluruhan
perilaku seseorang. Sebaliknya, teori Gestalt mengajarkan bahwa pembelajaran
bergantung pada insight (pemahaman wawasan), yaitu persepsi dari
hubungan-hubungan antar benda-benda, konsep-konsep , kejadian-kejadian atau apa
saja. Gabungan dari kedua jenis teori ini, hubungan S-R dan Gestalt, telah
dimanfaatkan oleh Tolman dalam melahirkan teori pembelajaran kognitif.
Teori behaviorisme purposif yang diperkenalkan oleh Tolman
mengajarkan bahwa apabila suatu rangsangan tertentu menimbulkan respons
tertentu, maka kita akan melihat rangsangan itu dalam perspektif yang baru.
Selain memusatkan perhatian yang besar kepada rangsangan dan respons luar,
teori behaviorisme purposif juga memasukkan konsep kognisi ke dalam sistemnya,
dan melihat perilaku secara keseluruhan, tidak dari satu bagian kecil tertentu.
Maksudnya, setiap perilaku harus dilihat sebagai bagian dari perilaku yang
lebih besar yang mempunyai atu tujuan. Oleh tal itu teori ini disebut teori
lambang-Gestalt karena gestalt berarti keseluruhan. Menurut Tolman kognisi kita
yang merupakan variabel-variabel penengah atau mediasiyang selalu bekerja
antara rangsangan dan respons. Tolman juga menekankan apabila kita ingin memahami
perilaku seseorang dengan baik maka terlebih dahulu kita harus memahami tujuan
yang ingin dicapai oleh orang tersebut. Jadi unsur-unsur yang utama dalam teori behaviorisme purposif adalah
rangsangan, kognisi, peta kognisi, tujan dan barulah respons (gerak
balas). Karena itu, teori in juga sering
digambarkan S-O-R. Formula ini dibaca sebagai Stimulus
(rangsangan)-Organisme-Respons (gerak balas). Disini O melambangkan peran
kognisi yang menengahi S dan R. Yang dimksud dengan kognisi pada formula itu adalah
proses akal atau mental untuk memperoleh, menyimpan, mendapatkan, dan mengubah
pengetahuan. Pengetahuan ini sebagai hasil dari persepsi terhadap
hubungan-hubungan dalam di antara benda-benda, kejadian-kejadian, atau apa saja
yang kita alami melalui panca indra kita.
b.
Teori Medan Gestalt dari Wertheimer
Kata gestalt berasal dari bahasa Jerman yang secara harfiah berarti
keseluruhan. Dalam kaitannya dengan teori psikologi di sini berarti bahwa di
dalam pengamatan, pikiran tidaklah membentuk pengamatan keseluruhan dari
bagian-bagian kecil benda yang diamati itu, melainkan terlebih dahulu melihat
benda itu secara keseluruhan barulah
kemudian bagian-bagian kecilnya.
Psikologi gestalt ini sebenarnya merupakan salah satu bagian yang
penting dari kelompok yang lebih besar yakni kelompok psikologi kognitif atau
kelompok teori psikologi hubungan stimulus-respons mengkaji unit-unit kecil
perilaku atau unit-unit kecil pembelajaran, maka kelompok psikologi kognitif
mengkaji keseluruhan perilaku atau keseluruhan pembelajaran sebagai satu
keseluruhan dalam peringkat yang lebih abstak. Teori kognitif mempunyai
kecenderungan untuk menggunakan intuisi untuk menerangkan hakikat pembelajaran
dan membicarakan proses-proses tersembunyi yang terjadi pada waktu
belajar, yaitu proses-proses mental yang tidak dapat diamati. Teori Kognitif
membicarakan persepsi-persepsi, pengertian-pengertian dalam otak dan proses
mental lainnya yang tidak dapat diulang, tidak dapat diukur, dan tidak dapat
diobservasi secara langsung. Menurut Wertheimer teri pembelajaran hanya mungkin
mempunyai makna jika kesadaran diikutsertakan sebagai satu unsur yang tidak
dapat dipisahkan dari persepsi dan pembelajaran. Dalam menjelaskan persepsi
teori Gestalt memperkenalkan lima buah hukum organisasi (prinsip-prinsip
organisasi) sebagai berikut:
1.
Hukum Pragnanz
Hukum
ini menyatakan bahwa organisasi psikologi cenderung bergerak ke arah keadaan
pragnanz yaitu ke arah gestalt yang sempurna. Hukum pragnanz ini merupakan satu
prinsip keseimbangan yang mengatakan bahwa setiap pengalaman cenderung
menyempurnakan dirinya dalam keadaan sebaik mungkin.seperti dalam pemerolehan
bahasa pertama, kalimat anak-anak banyak yang tidak gramatikal dan tidak lengkap,
tetapi persepsinyaselalu membentuk gestalt sempurna dari data-data linguistik
itu untuk menuranikan tata bahasanya.
2.
Hukum Kesamaan
Hukum
kesamaan menyatakan bahwa benda-benda yang sama cenderung membentuk atau
berkelompok sebagai satu keseluruhan. Contohnya dalam persepsi sekumpulan
lingkaran yang ukurannya bermacam-macam, akan dikelompokkan ke dalam beberapa
kelompok menurut ukurannya. Maka dalam belajar bahasa, kata-kata yang mempunyai
persamaan lebih mudah dipelajari daripada kata-kata yang tdak mempunyai
persamaan. Jadi, bisa dikatakan hukum persamaan ini mempunyai implikasi yang
sangat penting dalam pembelajaran bahasa.
3.
Hukum proksimiti atau kedekatan
Hukum
proksimiti menyatakan bahwa persepsi cenderung menggabungkan benda-benda, peristiwa-peristiwa
dan hal-hal yang berdekatan dengan satu sama lain dalam satu ruang atau waktu.
4.
Hukum penutupan
Hukum
penutupa mengatakan bahwa bidang-bidang yang tertutup (maksudnya selesai dan
wujud), lebih stabil dan lebih mudah untuk membentuk gambar dalam persepsi
dibanding dengan bidang terbuka. Ada kecenderungan nurani pada persepsi untuk
mencapai satu bentuk yang berwujud dan bermakna. Hal ini sejalan dengan hukum
pragnanz yakni pengalaman cenderung melengkapkan dirinya agar menjadi sebaik
mungkin.
5.
Hukum kelanjutan baik (Wertheimer)
Hukum
ini mengatakan bahwa persepsi kita cenderung melengkapkan bagian-bagian yang
hilang dari peristiwa atau benda yang kita amati. Kita cenderung mengingat
kejadian atau benda sebagai telah selesai, teratur, sebagai keseluruhan yang
baik.
c.
Teori Medan dari Lewin
Dalam teori ini telah berkembang satu konsep ynag hampir sama
dengan teori medan gestalt, yakni konsep “ruang kehidupan” dimana setiap
perilaku berlangsung. Menurut Lewin ruang penghidupan seseorang terdiri dari :
1)
Diri sendiri, keperluan utama sendiri, keperluan diri pada saat
tertentu, maksud dan rencana sendiri.
2)
Lingkungan perilaku orang itu, lingkingan fisik, sosial, lingkungan
konsepsi sebagai yang ditanggapinya dalam hubungannya dengan
keperluan-keperluan dan maksud-maksudnya.
Teori lewin ini dimasukkan kedalam teori kognitiv karena peanan
diri sendiri di dalam ruang penghidupan sangat besar, terutama dalam menentukan
respons atas individu itu. Dalam kehidupan ini terdapat tujuan-tujuan yang
menimbulkan sistem-sistem ketegangan yang menentukan arah pergerakan individu
dalam ruang penghidupan. Dalam usahanya mencapai tujuanitu muncul suatu
halangan ang menghambat tujuan tersebut. Maka halangan ini akan menimbulkan
ketegangan dan berpengaruh terhadap keadaan individu. Ketegangan tersebut bisa
berpengaruh dan berakibat Akibat dari
ketegangan ini mungkin seseorang itu akan mencari jalan lain untuk mencapai
tujuannya atau meninggalkan tujuannya untuk sementara atau untuk selamannya.
d.
Teori perkembangan Kognitif dari Piaget
Menurut piaget
kecerdasan adalah satu bentuk keseimbangan ke arah mana semua fungsi kognitif
bergerak. Ada 4 peringkat penting dalam perkembangan kecerdasan yaitu :
1.
Tahap deria motor (sensory motor)
Pada
taha ini kecerdasan telah mempunyai struktur yang didasarkan pada aksi, gerakan
dan pengamatan tanpa bahasa. Contohnya seorang anak berusia 12 bulan sudah
dapat menarik selimut yang jauh dai jangkauannya. Gerakan mencari selimut
tersebut merupakan sebuah skema, yaitu tindakan kecerdasan untuk mencapai
tujuan.
2.
Tahap praoperasi (2 – 7 tahun)
Anak
pada usia 1 atau 2 tahun mengalami peristiwa yang disebut fungsi simbolik.
Fungsi simbolik merupakan kepandaian anak untuk membedakan apa itu significant
(lambang) dan significate (benda/objek). Pada tahap ini digunakan permainan
simbolik, yaitu benda dilambangkan oleh benda yang lain. Pada masa simbolisasi
ini, anak mulai memperoleh bahasa yakni lambang lambang-lambang ucapan.
3.
Tahap operasi konkret (7 – 12 tahun)
Anak
mampu memahami kelas-kelas yang logis dan hubungan-hubungan yang logis antara
benda-benda termasuk nomor-nomor.
4.
Tahap operasi formal (setelah usia 12 tahun)
Anak
telah mampu berpikir berdasarkan proposisi atau hipotesis dan tidak lagi
berdasarkan benda-benda konkret seperti pada tahap sebelumnya. Contohny anak
sudah mampu memahami soal-soal berikut : Ali
Bagi piaget bahasa
merupakan hasil dari perkembangan intelek secara keseluruhan dan sebagai
lanjutan pola perilaku yang sederhana. Perkembangan kosakata yang sangat pesat
dialami kanak-kanak ketika berusia 1,5 – 2 tahun.
Ada
dua asumsi dasar utama kerja pieget yakni ;
1) Proses mental merupakan kelanjutan dari
proses motor bawaan (inbon). Dengan kata lain kanak-kanak di perlengkapi secara
biologis untuk membuat response atau tanggapan motor tertentu yang pada
giliranya menyedikan struktur bagi proses mental yang terjadi kemudian.
2) Seseorang berinteraksi dengan dunia
sekelilingnya dan dia menemukan eksistensi dunia yang ia alami itu kala proses
interaksi terjadi. Aspek aspek dunia yang seseorang mau tak mau harus berinteraksi
dangan nya yakni; waktu, ruang, objek, dan kausalitas. Dari interaksi ini ia
menstruktur intelek nya (atau membentuk struktur kognitifnya) dengan
pengetahuan-pengetahuan yang menjadikannya berubah (atau berkembang).
Menurut
pieget individu selalu membangun skema-skemanya. Skema (schema) adalah kerangka
kerja kognitif yang terdiri dari sejumlah ide yang tersusun rapi (organized
ideas) skema di dalam istilah pieget sama saja dengan kategori atau model atau
kerangka rujukan (brunner) dan subsummer dan subsuming consept (ausubel) yang
merupakan bagian dari struktur kognitif atau system kognitif.
Di
dalam berinteraksi dengan lingkungan, individu hanya dapat menggabungkan (atau
mengasimilasikan) ke dalam struktur kognitifnya. Asimilasi adalah proses yang
di jalankan seseorang untuk menggabungkan atau mengambil dunia realitas yang
agak sesuai dengan skema-skema yang ad pada struktur kognitifnya. Perbedaan
antara asimilasi dengan akomodasi yakni; jika asimilasi adalah penggabungaan
subyektif, sedangkan akomodasi adalah tuntutan realitas yang harus di lakukan
sebelum proses penggabungan kepada pengalaman subyektif.
Ide,
pengetahuan, dan item yang di dapatkan individu melalui asimilasi dan akomodasi
selalu di susun dengan cara-cara tertentu membentuk skema-skema pada struktur
kognitifnya.
e.
Teori Genetik Kognitif dari Chomsky
Sama halnya dengan Piaget, Chomsky juga tidak pernah memperkenalkan
teori pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa secara khusus. Namun, karena
teori linguistik yang diperkenalkannya dan juga artikel ulasannya mengenai buku
Skinner “verbal behavior” dalam Language telah mengubah secara drastis
perkembangan psikolinguistik, maka satu teori pemerolehan dan pembelajaran
bahasa dapat disimpulkan dari teori generatif transformasinya yang kini dikenal
dengan nama Teori Genetik Kognitif. Teori ini digolongkan ke dalam kelompok
teori kognitif karena teori ini menekankan pada otak (akal, mental) sebagai
landasan dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
Teori genetik kognitif ini didasarkan pada satu hipotesis yang
dsebut hipotesis nurani ( the innateness hypothesist). Hipotesis ini mengatakan
bahwa otak manusia dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa. Untuk itu otak
manusia telah dilengkapi dengan struktur bahasa universal dan Language
acquisition Device (LAD). Dalam proses pemerolehan bahasa, LAD ini menerima
“ucapan-ucapan” dan data-data lain yan berkaitan melalui pancaindra sebagai
masukan dan membentuk rumus-rumus linguistik berdasarkan masukan itu yang
kemudian dinuranikan sebagai keluaran. Menurut Chomsky, teori behaviorisme
(S-R) sangat tidak memadai untuk menerangkan roses-roses pemerolehan bahasa
sebab masukan data linguistiknya sangat sedikit untuk dapat membangkitkan
rumus-rumus linguistik. Chomsky berpendapat tidak mungkin seorang kanak-kanak
mampu menguasai bahasa ibunya dengan begitu mudah yaitu tnpa diajar dan begitu
cepat dengan masukan yang sedikit (kalimat-kalimat tidak lengkap,
berputus-putus, salah dan sebagainya) tanpa adanya struktur universal dan LAD
itu di dalam otaknya secara genetik.
Dalam roses pemerolehan bahasa, tugas kanak-kanak dengan alat yang
dimiliknya (yaitu LAD) adalah menentukan bahasa masyarakat manakah masukan
kalimat-kalimat yang didengarnya itu akan dimasukkan. Struktur awal atau skema
nurani yang dimilikinya semakin diperkaya setelah bertemu dengan masukan dari
bahasa masyarakatnya (bahasa ibunya); dan kanak-kanak akan membentuk teori tata
bahasanya berdasarkan itu. Tata bahasa itu terus menerus disempurnakan berdasarkan
masukan yang semakin banyak, dan sesuai dengan proses pematangan otaknya.
Untuk lebih memperkuat teorinya atau hipotesisnya, Chomsky
mengajukan hal-hal berikut:
1.
Proses-proses pemerolehan bahasa pada masa kanak-kanak boleh
dikatakan sama
2.
Proses pemerolehan bahasa tidak ada kaitannya dengan kecerdasan.
Maksudnya anak yang IQ-nya rendah juga memperoleh bahasa pada waktu dan cara
yang hampir sama
3.
Proses pemerolehan bahasa juga tidak dipengaruhi oleh motivasi dan
emosi kanak-kanak
4.
Tata bahasa yang dihasilkan oleh semua kanak-kanak boleh dikatakan
sama.
Semua
ini tidak mungkin terjadi apabila kanak-kanak itu tidak dilengkapi dengan LAD
dan skema nurani seperti yang disebutkan diatas.
Komentar
Posting Komentar