"Psikologi Umum - Berfikir"
PENGERTIAN BERPIKIR
Kegiatan berpikir dan
berjalan adalah sebuah kegiatan yang aktif. Setiap penampilan dari kehidupan
bisa disebut sebagai aktivitas. Seseorang yang diam dan mendengarkan musik atau
tengah melihat televisi tidak bisa dikatakan pasif. Maka situasi dimana sama
sekali sudah tidak ada unsur keaktifan, disebut dengan mati. Menurut sudut
pandang behaviorisme khususnya fungsionalis berpendapat bahwa berpikir sebagai
penguatan antara stimulus dan respons. Demikian juga menurut kaum asosiasionis
memandang berpikir hanya sebagai asosiasi antara tanggapan atau bayangan satu
dengan yang lainnya yang saling kait mengait. Secara lebih formal, berpikir adalah
penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun
simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory.
Berpikir adalah sebuah
representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117).
Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117)
berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai
dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah
sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi
informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti
penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.
Dari pengertian
tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1)
berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi
dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang
melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3)
berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau
diarahkan pada solusi.
B.
PROSES BERPIKIR
Proses atau jalannya
berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:
1.
Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih
tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai
berikut:
a. Menganalisis
ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan
unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia.
Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya:
-
Manusia Indonesia, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit sawo matang,
berambut hitam dan sebagainya.
- Manusia
Eropa, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit putih, berambut pirang atau
putih, bermata biru terbuka dan sebagainya.
- Manusia
Negro, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit htam, berambut hitam
kriting, bermata hitam melototn dan sebagainya.
- Manusia
Cina, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit kuning, berambut
hitam lurus, bermata hitam sipit dan sebagainya.
b.
Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama
atau yang tidak sama, mana yang selalu ada atau yang tidak selalu ada, mana
yang hakiki atau yang tidak hakiki.
c.
Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki,
menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki
itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
2.
Pembentukan Pendapat
Membentuk pendapat adalah
meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang
dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau
subyek dan sebutan atau predikat. Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi
3 macam yaitu:
a.
Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan
sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani rajin dan sebagainya.
b.
Pendapat Negatif, yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan
tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal. Misalnya Sitotok itu bodoh
Si Ani malas dan sebagainya.
c.
Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang menerangkan
kebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal.
Misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali mungkin tidak datang. dan sebagainya.
3.
Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil
perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang
telah ada. Ada 3 macam keputusan, yaitu:
a.
Keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat
khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya: tembaga dipanaskan akan memuai,
perak dipanaskan akan memuai,
besi dipanaskan akan memuai, kuningan dipanaskan akan memuai. Jadi kesimpulannya yaitu semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum).
besi dipanaskan akan memuai, kuningan dipanaskan akan memuai. Jadi kesimpulannya yaitu semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum).
b.
Keputusan Deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, jadi
berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya: semua logam kalau dipanaskan
memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi kesimpulan yaitu tembaga kalau
dipanaskan akan memuai.
c.
Keputusan Analogis adalah keputusan yang diperoleh dengan jalan
membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.
Misalnya: Totok anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi kesimpulannya Si Nunung
anak yang pandai itu, tentu naik kelas.
C.
KONSEP ATAU PENGERTIAN
Pengertian atau konsep
merupakan konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri umum
sesuatu objek atau kejadian. Misalnya pengertian manusia, merah, segitiga,
belajar dan sebagainya. Dengan kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau
pengertian memungkinkan manusia untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan
benda-benda atau kejadian-kejadian. Misalnya manusia dapat menggolongkan yang
merah dan yang bukan merah, manusia dan bukan manusia, demikian juga yang
lain-lain. Karena itu konsep atau pengertian merupakan alat (tool) yang
baik atau tepat (convenient) dalam berpikir atau problem solving.
Dalam pengertian atau
konsep didapati ada beberapa macam konsep yaitu:
1. Konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang sederhana (simple concept).
Pengertian yang sederhana yaitu pengertian yang dibatasi ciri atau atribusi
tunggal, seperti “merah”.
2. Konsep-konsep yang kompleks (complex concepts). Pengertian atau
konsep yang digunakan dalam berpikir dibatasi oleh ciri yang tidak tunggal.
D.
CARA MEMPEROLEH KONSEP ATAU PENGERTIAN
Untuk memperoleh
pengertian ada beberapa macam cara yaitu:
1. Dengan sengaja. Pengertian yang diperoleh dengan sengaja yaitu usaha dengan
sengaja untuk memperoleh pengertian atau konsep, yang kadang-kadang disebut
dengan sengaja, maka pengertian ini dibentuk dengan penuh kesadaran.
Prosedurnya melalui beberapa tingkatan (misal untuk mendapatkan pengertian atau
konsep mengenai gas): (1) tingkat analisis (2) tingkat mengadakan komperasi (3)
tingkat abstraksi (4) tingkat menyimpulkan.
2. Dengan tidak sengaja. Pengertian yang diperoleh dengan tidak
disengaja ini sering disebut pengertian pengalaman, artinya pengertian yang
diperoleh dengan secara tidak sengaja diperoleh sambil lalu dengan
pengalaman-pengalaman. Misalnya pengertian anak pada umumnya diperoleh melalui
proses generalisasi, kemudian atas daya berpikirnya timbul proses diferensiasi,
yaitu proses membedakan satu dengan yang lain.
E.
PROBLEM SOLVING
Secara umum dapat
dikemukakan bahwa problem itu timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara
keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan, atau juga
sering dikemukakan apabila ada kesenjangan antara das Sein dan das
Sollen. Contohnya apabila ada problem terhadap seorang siswa mendapatkan
tugas dari gurunya, maka siswa yang mendapat problem tersebut akan berpikir
untuk mencari pemecahannya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam
problem solving itu ada directed, yang mencari pemecahan dan dipacu
untuk mencapai pemecahan tersebut.
Dalam mencari pemecahan
terhadap problem solving itu ada kaidah atau aturan (rules) yang akan
membawa seseorang kepada pemecahan masalah tersebut. Aturan ini akan memberikan
petunjuk untuk pemecahan masalah. Banyak aturan satu kaidah dalam memecahkan
masalah. Ada dua hal yang pokok, yaitu aturan atau kaidah algoritma dan
horistik.
Algoritma merupakan
suatu perangkat aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar maka akan
ada jaminan adanya pemecahan terhadap masalahnya. Misalnya apabila sesorang
harus menaglikan dua bilangan, maka orang tersebut harus mengikuti aturan dalam
hal perkalian dengan benar, akan ada jaminan orang tersebut memperoleh hasil
terhadap pemecahan masalahnya. Namun demikian, banyak persoalan yang dihadapi
oleh seseorang tidak dikenakan aturan atau kaidah horistik yaitu merupakan
strategi yang biasanya didasarkan atas pengalaman dalam menghadapi masalah,
yang mengarah pada pemecahan masalahnya tetapi tidak memberikan jaminan akan
kesuksesan. Sedangkan strategi umum horistik dalam menghadapi masalah yaitu
bahwa masalah tersebut dianalisis atau dipecah-pecah menjadi masalah-masalah
lebih kecil, masing-masing mengarah atau mendekati pemecahannya.
F.
THORNDIKE VS. KOHLER
Dalam kaitan dengan problem
solving terdapat perbedaan yang cukup menarik antara pendapat Thorndike
sebagai salah satu seorang tokoh aliran behaviorisme dengan Kohler sebagai
seorang tokoh aliran Gestalt. Masing-masing mengadakan percobaan
sendiri-sendiri dan kesimpulannya berbeda satu dengan yang lainnya.
Thorndike mengadakan
eksperimen dengan kucing yang dilaparkan ditaruh dalam sangkar dan pintu dapat
terbuka apabila grendel yang berhubungan dengan pintu itu ditrarik atau
tertarik. Dalam eksperimen pertama, kucing membuat sedemikian rupa, lari-lari,
menggaruk-garuk dan sebagainya. Hingga pada suatu waktu kucing menyentuh tali
yang berhubungan dengan grendel hingga pintu dapat terbuka dan kucing keluar menuju
makanan yang ada di luar kandang atau sangkar. Percobaan dilakukan
berkali-kali, dan ternyata makin lama makin berkurang waktu yang digunakan
kucing untuk keluar dari kandang untuk memperoleh makanan. Dari eksperimen
tersebut, Thorndike menarik kesimpulan bahwa dalam pemecahan problem yang
dihadapi oleh kucing tersebut dengan cara-cara (trial and error). Adanya
latihan akan memperkuat hubungan stimulus dan respon.
Kohler menggunakan
eksperimen dengan menggunakan simpanse. Model eksperimennya seperti Thorndike
yang menaruh simpanse kelaparan dalam kandang, dan di luar kandang ditaruh
makanan yang tidak bisa dijangkau dengan tangan, tetapi akan dapat diambil
apabila simpanse menggunakan tongkat (stick) yang disediakan oleh Kohler
dalam kandang. Setelah beberapa kali simpanse mencoba mengambil makanan
menggunakan tangan saja tidak dapat, maka setelah berjalan kian kemari dan
tongkat, terjadi perubahan dalam wajah simpanse, yaitu adanya “AHA’ tanda
menemukan pemecahan yang benar, yaitu simpanse mengambil tongkat terebut untuk
mengambil makanan dan ternyata dapat. Dari percobaan tersebut, Kohler sampai
pada kesimpulan bahwa dalam problem solving yang berperan adalah insight
bukan coba-salah, sekalipun Kohler juga mengaku adanya coba-salah dalam
eksperimennya khususnya yaitu dalam presolution, namun yang penting
adalah insght atau pengertian.
G.
CARA MENARIK KESIMPULAN
Tujuan berpikir adalah
mencari pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan data yang ada maka
ditariklah kesimpulan sebagai pendapat akhir atas data atau pendapat-pendapat
yang mendahului.
Cara yang digunakan
dalam penarikan kesimpulan yaitu:
1. Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi
Kesimpulan yang ditarik
atas dasar analogi, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar adanya kesamaan dari
suatu keadaan atau peristiwa dengan keadaan atau peristiwa yang lain.
2. Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara induktif
Kesimpulan yang ditarik
atas dasar cara induktif, yaitu kesimpulan yang ditarik dari peristiwa menuju
ke hal yang bersifat umum.
3. Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara deduktif
Kesimpulan yang ditarik
atas dasar cara deduktif, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar dari hal
yang umum ke hal yang bersifat khusus atau peristiwa.
H.
BERPIKIR KREATIF
Dalam berpikir kreatif,
ada beberapa tingkatan atau stages sampai seseorang memperoleh sesuatu
hal yang baru atau pemecahan masalah.
Tingkatan-tingkatan itu
adalah:
1. Persiapan (preparation)
Yaitu tingkatan
seseorang memformulasikan masalah, dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi
yang dipandang berguna dalam memperoleh pemecahan yang baru.
2. Tingkat inkubasi
Yaitu berlangsungnya
masalah tersebut dalam jiwa sesorang, karena individu tidak sengaja memperoleh
pemecahan masalah.
3. Tingkat pemecahan atau iluminasi
Yaitu tingkat
mendapatkan pemecahan masalah, orang mengalami “Aha”, secara tiba-tiba
memperoleh pemecahan tersebut.
4. Tingkat evaluasi
Yaitu mengecek apakah
pemecahan yang diperoleh pada tingkat iluminasi itu cocok atau tidak. Apabila
tidak cocok lalu meningkat pada tingkat berikutnya.
5. Tingkat revisi
Yaitu mengadakan revisi
terhadap pemecahan yang diperolehnya.
Orang yang berpikir
kreatif mempunyai beberapa macam sifat mengenai pribadinya yang merupakan original
person, yaitu:
1. Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks
2. Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope pribadi yang
luas.
3. Dalam jugment-nya lebih mandiri.
4. Dominan dan lebih besar pertahanan diri (moreself-assertive).
5. Menolak suppression sebagai mekanisme kontrol.
I.
HAMBATAN DALAM PROSES BERPIKIR
Hambatan-hambatan yang
mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan antara lain karena data
yang kurang sempurna sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh, dan
data yang ada dalam keadaan confuse (data yang satu bertentangan dengan
data yang lain) sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir.
Kekurangan data dan
kurang jelasnya data akan menjadikan hambatan dalam proses berpikir seseorang,
lebih-lebih jika datanya bertentangan satu dengan yang lain, misalnya dalam
cerita-cerita detektif. Karena itu ruwet tidaknya suatu masalah, lengkap
tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses berpikir
seseorang.
Komentar
Posting Komentar