Studi pendahuluan dalam metode penelitian
Prof. Dr. Winarno Surakhmad menyebutkan tentang studi pendahuluan ini
dengan eksploratoris sebagai dua langkah, dan perbedaan antara langkah pertama
dengan langkah kedua ini adalah penemuan dan pendalaman. Memilih masalah adalah
menemukan masalah sedang studi pendahuluan bermaksud mendalami masalah itu,
sehingga harus dilaksanakan secara lebih sistematis dan intensif.[1]
Dapat disimpulkan bahwa studi pendahuluan adalah proses mengumpulkan berbagai informasi (data)
awal terkait dengan rencana penelitian baik dari lapangan atau perpustakaan, yang dilakukan dalam rangka mendalami masalah secara lebih sistematis dan
intensif sebagai pendahuluan sebelum melakukan langkah-langkah / prosedur
penelitian selanjutnya. Studi pendahuluan juga
disebut pilot studi atau preliminary study. Studi
pendahuluan dilakukan setelah memilih masalah yang akan dijadikan penelitian.
TUJUAN STUDI PENDAHULUAN
Dari pelaksanaan studi
pendahuluan tentunya peneliti mempunyai tujuan yang ingin didapatkan atau
dipenuhi setelah selesainya proses studi pendahuluan tersebut, diantaranya
yaitu:
a.
Identifikasi masalah
b.
Mengetahui ketersediaan data.
c.
Merumuskan desain penelitian pada tahap
berikutnya.
MANFAAT
STUDI PENDAHULUAN
Di dalam mengadakan studi pendahuluan mungkin ditemukan bahwa orang lain
sudah berhasil memecahkan masalah yang kita ajukan sehingga tidak ada gunanya
kita bersusah payah menyelidiki. Mungkin juga kita mengetahui hal-hal yang
relevan dengan masalahnya sehingga memperkuat keinginannya untuk meneliti
karena justru orang lain juga masih memasalahkan. Apabila ada orang lain yang menyelidiki masalah yang hampir sama atau belum
terjawab persoalannya, calon peneliti dapat mengetahui metode apa yang
digunakan, hasil-hasil apa yang telah tercapai, bagian mana dari penelitian itu
yang belum terselesaikan, faktor-faktor apa yang mendukung dan
hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam penelitiannya.
Dengan telah mengadakan studi pendahuluan, maka boleh jadi dapat menghemat
banyak tenaga dan biaya, di samping itu menjadi lebih jelas
permasalahannya. Dalam pelaksanaan studi pendahuluan ini,
manfaat yang kita dapatkan diantaranya yang disampaikam oleh Prof. Dr.
Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian, bahwa manfaat studi
pendahuluan adalah :[2]
a.
Mengetahui dengan pasti apa yang akan diteliti
b.
Tahu dimana/ kepada siapa informasi dapat diperoleh
c.
Tahu bagaimana cara memperoleh data atau informasi
d.
Dapat menentukan cara yang tepat untuk menganalisis data
e.
Tahu bagaimana harus mengambil kesimpulan serta memanfaatkan hasil
f.
Meyakinkan pada diri kita bahwa penelitiannya perlu dan dapat dilaksanakan
Atau bisa dikatakan juga bahwa studi pendahuluan berfaedah untuk memperjelas masalah, untuk kemungkinan dilanjutkannya
penelitian,
dan mengetahui apa yang sudah dihasilkan orang lain bagi penelitian yang
serupa dan bagian mana dari permasalahan yang belum terpecahkan.
Sebagai pedoman perlu tidaknya penelitian dilaksanakan, peneliti harus
ingat empat hal berikut ini:[3]
1.
Apakah judul penelitian yang akan dilakukan benar-benar sesuai dengan
minatnya?
Pertanyaan ini penting
untuk dijawab karena minat, perhatian, penguasaan pemecahan masalah merupakan
modal utama dalam meneliti. Sebagai contoh mungkin terjadi demikian. Mula-mula
calon peneliti berminat meneliti masalah anak berkelainan bicara. Sesudah
mengadakan studi pendahuluan diketahui bahwa sangat sulit mengumpulkan data
karena anak itu sendiri sukar diajak bicara, orang tuanya tidak bersikap
terbuka dan kurang sekali literatur yang mendukung. Semangat untuk meneliti
langsung mengendor. Sebelum melanjutkan niatnya, sebaiknya calon peneliti ini
mempertimbangkan sekali lagi apakah ia memang masih berminat terhadap
permasalahan anak berkelainan bicara tersebut.
2.
Apakah penelitian ini dapat dilaksanakan?
Banyak sekali faktor yang
menyebabkan seorang peneliti tidak dapat melaksanakan rencananya. Faktor-faktor
tersebut antara lain: kemampuan, waktu, tenaga dan dana. Misalnya saja seorang
mahasiswa yang akan menyusun skripsi bermaksud meneliti pengelolaan perusahaan-perusahaan
rokok. Dari studi pendahuluan diketahui bahwa untuk dapat bertemu pimpinan
sebuah perusahaan dibutuhkan waktu yang tidak sedikit, karena setiap kali ia
datang, ada-ada saja alasan pimpinan untuk tidak menemuinya. Dengan pengalaman
studi pendahuluan mahasiswa tahu bahwa judul skripsi dan permasalahan
penelitian harus diganti karena mahasiswa tersebut terikat pada masa studi yang
terbatas. Jika pelaksanaan penelitiannya harus mundur, maka dikhawatirkan waktu
batas meneliti segera habis.
3.
Apakah untuk penelitian yang akan dilakukan tersedia faktor pendukung?
Di bagian terdahulu sudah
dijelaskan bahwa data yang akan dikumpulkan harus ada. Sebagai misal tambahan
peneliti sudah merumuskan judul penelitian, sudah disediakan dana, sudah
mengurus izin dan berhasil. Yang menjadi permasalahan penelitian adalah
bagaimanakah sikap remaja di desa K terhadap Program Kejar Paket A. Dari studi
pendahuluan diketahui bahwa di desa K tidak cukup terdapat remaja karena
sebagian besar anak usia SD atau yang tidak tamat pergi ke kota untuk mencari
pekerjaan disebabkan karena keadaan sosial ekonomi penduduk rendah.
Mereka meninggalkan tempat tinggal ekonomi dalam jangka waktu yang cukup lama.
Dengan demikian maka penelitian ini tidak dapat diteruskan.
4.
Apakah hasil penelitian cukup bermanfaat?
Misalnya peneliti ingin
mengetahui perbedaaan efektifitas pengajaran modul dibandingkan dengan
pengajaran klasikal. Dari studi pendahuluan yakni membaca buku-buku di
perpustakaan diketahui bahwa sudah ada beberapa laporan penelitian yang
menjelaskan bagaimana efektifitas pengajaran modul, baik secara terpisah maupun
dibandingkan dengan sistem lain. Dengan demikian calon peneliti sudah
memperoleh jawaban atas pertanyaannya walaupun belum melaksanakan
penelitiannya. Dalam keadaan seperti ini mau tidak mau calon peneliti tersebut
harus mengurungkan niatnya.
C.
CARA
MENGADAKAN STUDI PENDAHULUAN
Seperti teori pengumpulan data pada umumnya, maka sumber pengumpulan
informasi untuk mengadakan studi pendahuluan ini dapat dilakukan pada 3 obyek.
Yang dimaksud dengan obyek di sini adalah apa yang harus dihubungi, dilihat,
diteliti atau dikunjungi yang kira-kira akan memberikan informasi tentang data
yang akan dikumpulkan. Ketiga obyek tersebut ada yang berupa tulisan-tulisan
dalam kertas (paper), manusia (person) atau tempat (place).
Untuk lebih memudahkan mengingatnya, dapat kita sebut dengan istilah tiga P(3P) : [4]
a.
Paper : dokumen, buku-buku,
majalah atau bahan tertulis lainya, baik berupa teori, laporan penelitian atau
penemuan sebelumnya (findings).
b.
Person : bertemu, bertanya dan
berkonsultasi dengan para ahli atau manusia sumber.
c.
Place : tempat, lokasi atau
benda-benda yang terdapat di tempat penelitian.
Seseorang yang berhasrat
besar untuk mengadakan penelitian ke daerah pedalaman, mungkin mengurungkan
niatnya setelah mengadakan penelitian pendahuluan, karena ternyata daerah yang
akan dikunjungi terlalu sulit untuk dicapai sehingga tidak akan seimbang antara
biaya yang dikeluarkan dengan hasil studi yang akan dicapai.
Dengan membaca dan mengetahui pengalaman orang lain,
berarti mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang
dapat dijadikan landasan teoritis bagi pnelitian yang akan dilakukan itu.
Landasan ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh,
dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Pada umumnya
lebih dari lima puluh persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian itu
adalah membaca. Karena itu sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian
yang esensial.
Dalam studi paper,
secara garis besar sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu; (1) sumber acuan umum, dan (2) sumber acuan khusus. Teori-teori dan
konsep-konsep pada umumnya dapat ditemukan dalam sumber acuan umum, yaitu
kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, dan sejenisnya.
Generalisasi-generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil-hasil
penelitian terdahulu yang relevan bagi masalah yang sedang digarap. Hasil-hasil
penelitian terdahulu itu pada umumnya dapat ditemukan dalam sumber acuan
khusus, yaitu kepustakaan yang berwujud jurnal, buletin penelitian, skripsi,
tesis, disertasi,, dan lain-lain sumber bacaan yang memuat laporan hasil
penelitian. Jika dari penelaahan hasil-hasil penelitian tersebut ada petunjuk
mengenai kesulitan pelaksanaan bagi penelitiannya, maka rencana yang telah jadi
sebaiknya dibatalkan.
Sumber informasi studi person ialah
para ahli atau manusia yang menjadi sumber. Peneliti bertemu, bertanya, dan
berkonsultasi kepada para ahli di bidang masalah yang akan diteliti. Selain
itu, peneliti juga bertemu, bertanya dan mencari informasi dari orang-orang yang
akan dijadikan objek penelitian. Peneliti mendatangi daerah calon wilayah
penelitiannya, bertemu dengan pejabat atau calon responden untuk mengadakan
penjajakan seperlunya. Jika ternyata pejabat daerah tersebut tampaknya tidak
membantu, demikian juga respondennya, maka sebaiknya peneliti mengurungkan
niatnya atau mengalihkan perhatian ke wilayah lain.
Sedangkan sumber informasi
studi place yaitu tempat, lokasi atau benda-benda yang ada di
tempat penelitian. Peneliti mempelajari situasi wilayah yang akan dijadikan
ajang penelitian. Jika dari hasil belajar tersebut diketahui bahwa di daerah
tersebut tidak atau kurang daya dukung untuk penelitiannya, peneliti dapat
mengalihkan perhatiannya ke daerah lain.
Dengan ketiga objek tersebut akan
membuka arah tujuan penelitian yang kita dilakukan. Dilaksanakan atau
sebaliknya, diganti atau diteruskan. Itulah cara melakukan studi pendahuluan.
Dalam buku prosedur penelitian oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto cara
mengadakan studi pendahuluan dapat disimpulkan :[5]
1. Dengan membaca literature, baik teori maupun penemuan
(hasil penelitian terdahulu.
2. Mendatangi ahli-ahli atau manusia, sumber untuk
berkonsultasi dan memperoleh informasi.
3. Mengadakan peninjauan ke tempat atau lokasi penelitian
untuk melihat benda atau peristiwa.
[1] Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2010), hlm. 83.
[2] Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2010), hlm. 84.
[3] Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2010), hlm. 84-85.
[4] Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2010), hlm. 86.
[5] Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2010), hlm. 86.
Komentar
Posting Komentar