Pendekatan Konseling Behavioral
Pendekatan Konseling Behavioral
A. Sejarah
Perkembangan
Nama pendekatan dalam konseling ini adalah
pendekatan Behavioral. Pendekatan Behavioral merupakan pendekatan klinis
yang dapat digunakan untuk menangani bermacam-macam gangguan, dalam
bermacam-macam setting khusus, dan dengan bermacam-macam kelompok populasi.
Pendekatan behavior dikembangkan sejak tahun 1950-an dan 1960-an. Pendekatan behavior
memisahkan diri dari pendekatan psikoanalisis yang berlaku pada saat itu.
Terapi behavior berbeda dari konseling
lain karena menggunakan classical conditioning dan operant conditioning
terhadap penanganan berbagai perilaku bermasalah. Konseling behavior bangkit
secara serentak di AS, Afsel, dan Inggris tahun 1950-an. Konseling
Behavioral terus berkembang meskipun banyak kecaman dari konseling tradisonal
(Psikoanalitik).Pada tahun1960-an Albert Bandura mengembangkan teori belajar
sosial (social learning theory) yang menggabungkan classic
conditioning dan operant conditioning
dengan belajar.Bandura menfokuskan
pada terapi kognitif dalam konseling behavioral. 1970-an konseling
behavior muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi dan memiliki pengaruh yang
berarti dalam pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan kerja sosial.
Teknik-teknik behavioral dikembangkan dan diperluas juga diaplikasikan pada bidang-bidang bisnis,
industry, dan pengasuhan anak. Tahun 1980-an merupakan pengembangan cakrawala
baru dalam konsep dan metode yang bergerak jauh di luar teori belajar
tradisonal. Adanya perhatian yang meningkat terhadap peran emosi dalam
perubahan terapeutik dan peran factor-faktor biologis dalam gangguan
psikologis. Perkembangan yang menonjol adalah timbulnya konseling
kognitif behavior (cognitive- behavior Therapy/counseling) secara
berkelanjutan sebagai kekuatan dan aplikasi teknik-teknik behavioral terhadap
pencegahan dan penanganan gangguan medis. Tahun 1990, assosiasi pengembangan
terapi behavior mengklaim dirinya memiliki 4300 anggota.Ada 50 jurnal dan
memiliki cabang di seluruh dunia. Konseling behavior saat ini memiliki
empat bidang pokok perkembangan: classical conditioning, operant
conditioning, social learning theory, dan cognitive-behavior therapy.
B.
Hakikat Manusia
Hakikat manusia dalam
pandangan para behavioris adalah pasif dan
mekanistis, manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan
diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang membentuknya.
Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan
reaksi terhadap lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola-pola
perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.Perilaku seseorang di tentukan
oleh macam dan banyaknya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Jadi
kesimpulannya teori behavior ini beranggapan bahwa perilaku manusia adalah efek
dari lingkungan, pengaruh yang paling kuat itulah yang akan membentuk diri
individu.
Beberapa konsep tentang sifat dasar manusia :
1.
Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar dan
proses terbentuknya kepribadian adalah dari proses pemasakan dan proses
belajar.
2.
Kepribadian manusia berkembang bersama-sama
dengan interaksinya dengan lingkungan.
3.
Setiap orang lahir dengan membawa kebutuhan
bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan dipelajari dari interaksi dengan
lingkungan.
4.
Manusia tidak lahir baik atau jahat, tetapi
netral. Bagaimana kepribadian seseorang dikembangakan tergantung interaksi
dengan lingkungan.
5.
Manusia mempunyai tugas untuk berkembang. Dan
semua tugas perkembangan adalah tugas yang harus diselesaikan dengan belajar.
C.
Konsep Dasar
Manusia adalah makhluk reaktifyang tingkah
lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya
dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan
pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang
ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi
hidupnya. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan
melalui hukum-hukum belajar : (a) pembiasaan klasik; (b) pembiasaan operan; (c)
peniruan. Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan
ketidakpuasan yang diperolehnya. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak
sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan
memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.
Karakteristik konseling behavioral adalah : (a) berfokus pada tingkah laku yang
tampak dan spesifik, (b) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan
konseling, (c) mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah
klien, dan (d) penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
A.
Perkembangan
Perilaku
1.
Struktur Kepribadian
Kaum behavioris tidak menjelaskan struktur
kepribadian seperti pada aliran lain seperti psikoanalis, tetapi menurut teori
kepribadian behavioristik bahwa kepribadian manusia adalah perilaku organisme
itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kerpribadian manusia dapat di ketahui
melalui tingkah laku yang tampak dan diamati (observable behavior).Selain
itu ada pandangan dualiasme yang berkembang dalam pendekatan behavior bahwa
manusia memiliki jiwa, raga, mental, fisik, sikap, perilaku dan sebagainya.
Seperti yang dijabarkan dibawah ini:
a.
Lingkungan dan pengalaman menjelaskan bagaimana
kepribadian seseorang dibentuk.
b. Dualisme, seperti
jiwa-raga, raga-semangat, raga-pikiran bukan merupakan validitas keilmuan pada
pembentukan, prediksi dan control dari perilaku manusia.
c. Walaupun pembentukan
kepribadian memiliki batasan genetis namun efek dari lingkungan dan stimulus
dari dalam memiliki pengaruh dominan.
d. Dalam membentuk sebuah teori
dari kepribadian prediksi dan control dan perilaku merupakan hal terpenting.
Tidak ada yang lebih penting selain kebebasan dalam penentuan respon.
e. Semua perilaku dapat
dipisah menjadi operant respondent yaitu individual respon yang berbeda dalam
pengaruh control dari stimulus lingkungan.
2.
Pribadi Sehat dan Bermasalah
Pribadi Sehat
1)
Dapat merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat.
2)
Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
3)
Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku atau bertingkah laku
dengan tidak mengecewakan diri dan lingkungan.
4)
Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi.
5)
Mempunyai self control yang memadai
Pribadi Bermasalah
1) Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
2) Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar
atau lingkungan yang salah.
3) Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi
lingkungan dengan tepat.
4) Ketidak mampuan dalam mengambil
keputusan yang tepat sesuai dengan lingkungannya
5) Tingkah laku yang tidak wajar
menurut standard nilai, yang kemudian menimbulkan konflik dengan
lingkungan
B.
Hakikat
Konseling
Hakikat konseling menurut Behavioral adalah
proses membantu orang dalam situasi kelompok belajar bagaimana menyelesaikan
masalah-masalah interpersonal, emosional, dan pengambilan keputusan dalam
mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk mempelajari tingkah laku baru yang
sesuai.
Konseling
dilakukan dengan menggunakan prosedur tertentu dan sistematis yang disengaja
secara khusus untuk mengubah perilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun
secara bersama-sama konselor dan konseli. Prosedur konseling dalam pendekatan
behavior adalah ; penyusunan kontrak, asesmen, penyusunan tujuan, implementasi
strategi, dan eveluasi perilaku. Dengan prosedur tersebut konseling/terapi behavior
berorientasi pada pengubahan tingkah laku yang maladaptif menjadi adaptif.
C.
Kondisi
Pengubahan
1.
Tujuan
Tujuan terapi behavioral
adalah untuk membantu klien memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku
yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang adaptif.
2.
Sikap, Peran, dan Tugas Konselor
Konselor dalam behavior
therapy secara umum berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang
tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor
secara khusus diantaranya :
a.
Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat
membantu pemecahannya atau tidak.
b.
Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling,
khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.
c.
Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas
hasil-hasilnya.
d.
Mengevaluasi keberhasilan perencanaan
perubahan dengan mengukur kemajuan
terhadap tujuan selama durasi perencanaan dan penanganan.
e.
Melakukan penilaian tindak lanjut.
3.
Sikap, Peran, dan Tugas Konseli
Dalam konseling behavioral konseli dan konselor aktif
terlibat di dalamnya. Konseli secara aktif terlibat
dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki motivasi untuk berubah dan
bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan konseling. Peran penting
konseli dalam konseling adalah konseli didorong untuk bereksperimen dengan tingkah
laku baru yang bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku
adaptifnya serta dapat menerapkan perilaku tersebut dalah kehidupan
sehari-hari.
4.
Situasi Hubungan
Dalam terapi behavioral,
hubungan antara terapis dan klien dapat memberikan kontribusi penting bagi
perubahan perilaku klien. Hubungan terapis sebagai fasilitator terjadinya
perubahan. Sikap konselor seperti empati, permisif, acceptance dianggap sebagai
hal yang harus ada, namun tidak cukup untuk bisa menciptakan perubahan
perilaku. Masalah ada pada bukan pentingnya hubungan namun peranan hubungan
sebagai landasan strategi konseling untuk membantu klien berubah sesuai dengan
arah yang dikehendaki.
D.
Mekanisme
Pengubahan
1.
Tahap-Tahap Konseling
a.
Assessment (Penilaian
Fungsional)
Tahap untuk mendapatkan informasi yang akan
menggambarkan masalah yang dihadapi, sekaligus akan menjadi pedoman dalam
menyusun strategi pemberian bantuan. Informasi-informasi yang dimaksud dapat
berupa aktifitas nyata, perasaan, nilai-nilai, dan pikiran klien. Kanfer dan Saslow
(1969) memberikan gambaran tentang kelayakan informasi yang semestinya dapat
digali pada tahap ini adalah berkenaan dengan :
1)
Analisis tingkah laku khusus yang bermasalah
2)
Analisis Situasi yang didalamnya masalah klien
terjadi
3)
Analisis motivasional yang berkenaan dengan
hal-hal yang menarik dalam kehidupan klien
4)
Analisis
self-control berkenaan dengan tingkatan kontrol diri klien terhadap tingkah
laku bermasalah
5)
Analisis hubungan sosial berkenaan dengan
orang-orang lain yang terkait dekat dengan klien
6)
Analisis lingkungan fisik-sosial-budaya
berkenaan dengan norma-norma dan keterbatasan-keterbatasan lingkungan.
b.
Goal Setting (Menetapkan
Tujuan)
Penyusunan
tujuan konseling berdasarkan informasi-informasi sebagaimana tersebut diatas.
Penyusunan ini dapat dilakukan melalui tiga tahap (Burk dan Engelkes) yaitu :
1)
Membantu klien untuk memandang masalahnya atas
dasar tujuan-tujuan yang diinginkan.
2)
Memperhatikan tujuan klien berdasarkan
kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima
dan diukur.
3)
Memecahkan tujuan kedalam sub-tujuan dan
menyusun tujuan menjadi tujuan menjadi tujuan yang berurutan.
c.
Technique Implementation (Implementasi Teknik)
Penentuan strategi belajar yang terbaik untuk
membantu klien mencapai tujuan perubahan tingkah laku yang diinginkannya. Muara
konseling adalah membantu klien dalam mempelajari strategi-strategi efektif
yang akan digunakannya dalam upaya perubahan tingkah laku.
d.
Evaluation-Termination (Evaluasi dan
Pengakhiran)
Yaitu evaluasi terhadap tingkah laku klien,
efektifitas konselor, efektifitas teknik, dan keberhasilan konseling, serta
balikan yang dapat dilaksanakan.
2.
Teknik-Teknik Konseling
a.
Desensitisasi sistematis
Teknik
spesifik yang digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks
saat berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara
bertahap
b.
Teknik Relaksasi
Teknik
yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental
dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan
saat pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan
mentalnya
c.
Teknik Flooding
Teknik
yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan
siuasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga
berkurang kecamasannya terhadap situasi tersebut
a)
Reinforcement
Technique
Teknik
yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki
dengan cara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut
b)
Modelling
Teknik
untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan model.
c)
Cognitive
restructuring
Teknik
yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak
rasional menjadi rasional dan logis
d)
Assertive
Training
Teknik
membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan terhadap
orang lain secara lugas tanpa agresif
e)
Self Management
Teknik
yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilaku
sendiri melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri
f)
Behavioral
Rehearsal
Teknik
penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar
ketrampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak
g)
Kontrak
Suatu
kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik
untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling.Teknik ini memberikan batasan,
motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan
bagi konseli untuk dilaksanakan anatr pertemuan konseli.
h)
Pekerjaan Rumah
Teknik
yang digunakan dengan cara memberikan tugas / aktivitas yang dirancang agar
dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru,
meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah
yang dihadapinya.
i)
Role Playing
Teknik
yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkan
dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin
dikuasainya sehingga dapat tujuan yang diharapkan
j)
Extinction (Penghapusan)
Extinction (Penghapusan)
adalah menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya diberi
reinforcement.
k)
Satiation (Penjenuhan)
Penjenuhan (satiation)
adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak lagi
bersedia untuk melakukannya.
l)
Punishment (Hukuman)
Hukuman (Punishment) merupakan intervensi operant-conditioning yang digunakan
konselor untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
m)
Time-out
Time-out merupakan
teknik menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan penguatan positif.
n)
Terapi Aversi
Terapi aversi merupakan teknik yang bertujuan
untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan
pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai
tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.
E.
Kelemahan dan
Kelebihan
1.
Kelemahan
Kelemahan atau keterbatasan kelompok behavioral
:
a.
Anggota kelompok lebih tergantung pada dukungan
dan dorongan kelompok
b.
Beberapa metodenya dipraktekkan secara kaku.
Begitu menekankan pada teknik-teknik dan tidak memadai bagi individu-individu.
c.
Kecenderungan mengabaikan masa lalu dan
ketidaksadaran. Sejarah awal banyak mempengaruhi masyarakat, sementara itu
kelompok behavioral tidak mempertimbangkannya.
d.
Kurang fokus pada isu-isu besar kehidupan.
Kelompok behavioral lebih konsentrasi pada kejadian nyata atau keterampilan
dalam kehidupan anggota alih-alih kehidupan anggota secara keseluruhan.
e.
Terkonsentrasi pada perilaku yang tampak,
apakah terbuka atau tertutup. Kelompok behavior tidak mengkonsentrasikan pada
perasaan (feeling), tapi lebih pada dinamika dibelakangnya.
2.
Kelebihan
a.
Mengembangkan konseling sebagai ilmu karena
mengundang penelitian dan menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses koseling
b.
Mengembangkan perilaku yang spesifik sebagai
hasil konseling yang dapat diukur
c.
Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan
pada perilaku sekarang dan bukan pada perilaku yang terjadi dimasa datang.
A.
Sejarah
Perkembangan
Nama pendekatan dalam konseling ini adalah
pendekatan Behavioral. Pendekatan Behavioral merupakan pendekatan klinis
yang dapat digunakan untuk menangani bermacam-macam gangguan, dalam
bermacam-macam setting khusus, dan dengan bermacam-macam kelompok populasi.
Pendekatan behavior dikembangkan sejak tahun 1950-an dan 1960-an. Pendekatan behavior
memisahkan diri dari pendekatan psikoanalisis yang berlaku pada saat itu.
Terapi behavior berbeda dari konseling
lain karena menggunakan classical conditioning dan operant conditioning
terhadap penanganan berbagai perilaku bermasalah. Konseling behavior bangkit
secara serentak di AS, Afsel, dan Inggris tahun 1950-an. Konseling
Behavioral terus berkembang meskipun banyak kecaman dari konseling tradisonal
(Psikoanalitik).Pada tahun1960-an Albert Bandura mengembangkan teori belajar
sosial (social learning theory) yang menggabungkan classic
conditioning dan operant conditioning
dengan belajar.Bandura menfokuskan
pada terapi kognitif dalam konseling behavioral. 1970-an konseling
behavior muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi dan memiliki pengaruh yang
berarti dalam pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan kerja sosial.
Teknik-teknik behavioral dikembangkan dan diperluas juga diaplikasikan pada bidang-bidang bisnis,
industry, dan pengasuhan anak. Tahun 1980-an merupakan pengembangan cakrawala
baru dalam konsep dan metode yang bergerak jauh di luar teori belajar
tradisonal. Adanya perhatian yang meningkat terhadap peran emosi dalam
perubahan terapeutik dan peran factor-faktor biologis dalam gangguan
psikologis. Perkembangan yang menonjol adalah timbulnya konseling
kognitif behavior (cognitive- behavior Therapy/counseling) secara
berkelanjutan sebagai kekuatan dan aplikasi teknik-teknik behavioral terhadap
pencegahan dan penanganan gangguan medis. Tahun 1990, assosiasi pengembangan
terapi behavior mengklaim dirinya memiliki 4300 anggota.Ada 50 jurnal dan
memiliki cabang di seluruh dunia. Konseling behavior saat ini memiliki
empat bidang pokok perkembangan: classical conditioning, operant
conditioning, social learning theory, dan cognitive-behavior therapy.
B.
Hakikat Manusia
Hakikat manusia dalam
pandangan para behavioris adalah pasif dan
mekanistis, manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan
diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang membentuknya.
Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan
reaksi terhadap lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola-pola
perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.Perilaku seseorang di tentukan
oleh macam dan banyaknya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Jadi
kesimpulannya teori behavior ini beranggapan bahwa perilaku manusia adalah efek
dari lingkungan, pengaruh yang paling kuat itulah yang akan membentuk diri
individu.
Beberapa konsep tentang sifat dasar manusia :
1.
Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar dan
proses terbentuknya kepribadian adalah dari proses pemasakan dan proses
belajar.
2.
Kepribadian manusia berkembang bersama-sama
dengan interaksinya dengan lingkungan.
3.
Setiap orang lahir dengan membawa kebutuhan
bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan dipelajari dari interaksi dengan
lingkungan.
4.
Manusia tidak lahir baik atau jahat, tetapi
netral. Bagaimana kepribadian seseorang dikembangakan tergantung interaksi
dengan lingkungan.
5.
Manusia mempunyai tugas untuk berkembang. Dan
semua tugas perkembangan adalah tugas yang harus diselesaikan dengan belajar.
C.
Konsep Dasar
Manusia adalah makhluk reaktifyang tingkah
lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya
dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan
pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang
ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi
hidupnya. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan
melalui hukum-hukum belajar : (a) pembiasaan klasik; (b) pembiasaan operan; (c)
peniruan. Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan
ketidakpuasan yang diperolehnya. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak
sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan
memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.
Karakteristik konseling behavioral adalah : (a) berfokus pada tingkah laku yang
tampak dan spesifik, (b) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan
konseling, (c) mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah
klien, dan (d) penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
A.
Perkembangan
Perilaku
1.
Struktur Kepribadian
Kaum behavioris tidak menjelaskan struktur
kepribadian seperti pada aliran lain seperti psikoanalis, tetapi menurut teori
kepribadian behavioristik bahwa kepribadian manusia adalah perilaku organisme
itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kerpribadian manusia dapat di ketahui
melalui tingkah laku yang tampak dan diamati (observable behavior).Selain
itu ada pandangan dualiasme yang berkembang dalam pendekatan behavior bahwa
manusia memiliki jiwa, raga, mental, fisik, sikap, perilaku dan sebagainya.
Seperti yang dijabarkan dibawah ini:
a.
Lingkungan dan pengalaman menjelaskan bagaimana
kepribadian seseorang dibentuk.
b. Dualisme, seperti
jiwa-raga, raga-semangat, raga-pikiran bukan merupakan validitas keilmuan pada
pembentukan, prediksi dan control dari perilaku manusia.
c. Walaupun pembentukan
kepribadian memiliki batasan genetis namun efek dari lingkungan dan stimulus
dari dalam memiliki pengaruh dominan.
d. Dalam membentuk sebuah teori
dari kepribadian prediksi dan control dan perilaku merupakan hal terpenting.
Tidak ada yang lebih penting selain kebebasan dalam penentuan respon.
e. Semua perilaku dapat
dipisah menjadi operant respondent yaitu individual respon yang berbeda dalam
pengaruh control dari stimulus lingkungan.
2.
Pribadi Sehat dan Bermasalah
Pribadi Sehat
1)
Dapat merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat.
2)
Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
3)
Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku atau bertingkah laku
dengan tidak mengecewakan diri dan lingkungan.
4)
Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi.
5)
Mempunyai self control yang memadai
Pribadi Bermasalah
1) Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
2) Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar
atau lingkungan yang salah.
3) Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi
lingkungan dengan tepat.
4) Ketidak mampuan dalam mengambil
keputusan yang tepat sesuai dengan lingkungannya
5) Tingkah laku yang tidak wajar
menurut standard nilai, yang kemudian menimbulkan konflik dengan
lingkungan
B.
Hakikat
Konseling
Hakikat konseling menurut Behavioral adalah
proses membantu orang dalam situasi kelompok belajar bagaimana menyelesaikan
masalah-masalah interpersonal, emosional, dan pengambilan keputusan dalam
mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk mempelajari tingkah laku baru yang
sesuai.
Konseling
dilakukan dengan menggunakan prosedur tertentu dan sistematis yang disengaja
secara khusus untuk mengubah perilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun
secara bersama-sama konselor dan konseli. Prosedur konseling dalam pendekatan
behavior adalah ; penyusunan kontrak, asesmen, penyusunan tujuan, implementasi
strategi, dan eveluasi perilaku. Dengan prosedur tersebut konseling/terapi behavior
berorientasi pada pengubahan tingkah laku yang maladaptif menjadi adaptif.
C.
Kondisi
Pengubahan
1.
Tujuan
Tujuan terapi behavioral
adalah untuk membantu klien memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku
yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang adaptif.
2.
Sikap, Peran, dan Tugas Konselor
Konselor dalam behavior
therapy secara umum berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang
tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor
secara khusus diantaranya :
a.
Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat
membantu pemecahannya atau tidak.
b.
Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling,
khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.
c.
Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas
hasil-hasilnya.
d.
Mengevaluasi keberhasilan perencanaan
perubahan dengan mengukur kemajuan
terhadap tujuan selama durasi perencanaan dan penanganan.
e.
Melakukan penilaian tindak lanjut.
3.
Sikap, Peran, dan Tugas Konseli
Dalam konseling behavioral konseli dan konselor aktif
terlibat di dalamnya. Konseli secara aktif terlibat
dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki motivasi untuk berubah dan
bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan konseling. Peran penting
konseli dalam konseling adalah konseli didorong untuk bereksperimen dengan tingkah
laku baru yang bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku
adaptifnya serta dapat menerapkan perilaku tersebut dalah kehidupan
sehari-hari.
4.
Situasi Hubungan
Dalam terapi behavioral,
hubungan antara terapis dan klien dapat memberikan kontribusi penting bagi
perubahan perilaku klien. Hubungan terapis sebagai fasilitator terjadinya
perubahan. Sikap konselor seperti empati, permisif, acceptance dianggap sebagai
hal yang harus ada, namun tidak cukup untuk bisa menciptakan perubahan
perilaku. Masalah ada pada bukan pentingnya hubungan namun peranan hubungan
sebagai landasan strategi konseling untuk membantu klien berubah sesuai dengan
arah yang dikehendaki.
D.
Mekanisme
Pengubahan
1.
Tahap-Tahap Konseling
a.
Assessment (Penilaian
Fungsional)
Tahap untuk mendapatkan informasi yang akan
menggambarkan masalah yang dihadapi, sekaligus akan menjadi pedoman dalam
menyusun strategi pemberian bantuan. Informasi-informasi yang dimaksud dapat
berupa aktifitas nyata, perasaan, nilai-nilai, dan pikiran klien. Kanfer dan Saslow
(1969) memberikan gambaran tentang kelayakan informasi yang semestinya dapat
digali pada tahap ini adalah berkenaan dengan :
1)
Analisis tingkah laku khusus yang bermasalah
2)
Analisis Situasi yang didalamnya masalah klien
terjadi
3)
Analisis motivasional yang berkenaan dengan
hal-hal yang menarik dalam kehidupan klien
4)
Analisis
self-control berkenaan dengan tingkatan kontrol diri klien terhadap tingkah
laku bermasalah
5)
Analisis hubungan sosial berkenaan dengan
orang-orang lain yang terkait dekat dengan klien
6)
Analisis lingkungan fisik-sosial-budaya
berkenaan dengan norma-norma dan keterbatasan-keterbatasan lingkungan.
b.
Goal Setting (Menetapkan
Tujuan)
Penyusunan
tujuan konseling berdasarkan informasi-informasi sebagaimana tersebut diatas.
Penyusunan ini dapat dilakukan melalui tiga tahap (Burk dan Engelkes) yaitu :
1)
Membantu klien untuk memandang masalahnya atas
dasar tujuan-tujuan yang diinginkan.
2)
Memperhatikan tujuan klien berdasarkan
kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima
dan diukur.
3)
Memecahkan tujuan kedalam sub-tujuan dan
menyusun tujuan menjadi tujuan menjadi tujuan yang berurutan.
c.
Technique Implementation (Implementasi Teknik)
Penentuan strategi belajar yang terbaik untuk
membantu klien mencapai tujuan perubahan tingkah laku yang diinginkannya. Muara
konseling adalah membantu klien dalam mempelajari strategi-strategi efektif
yang akan digunakannya dalam upaya perubahan tingkah laku.
d.
Evaluation-Termination (Evaluasi dan
Pengakhiran)
Yaitu evaluasi terhadap tingkah laku klien,
efektifitas konselor, efektifitas teknik, dan keberhasilan konseling, serta
balikan yang dapat dilaksanakan.
2.
Teknik-Teknik Konseling
a.
Desensitisasi sistematis
Teknik
spesifik yang digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks
saat berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara
bertahap
b.
Teknik Relaksasi
Teknik
yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental
dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan
saat pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan
mentalnya
c.
Teknik Flooding
Teknik
yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan
siuasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga
berkurang kecamasannya terhadap situasi tersebut
a)
Reinforcement
Technique
Teknik
yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki
dengan cara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut
b)
Modelling
Teknik
untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan model.
c)
Cognitive
restructuring
Teknik
yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak
rasional menjadi rasional dan logis
d)
Assertive
Training
Teknik
membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan terhadap
orang lain secara lugas tanpa agresif
e)
Self Management
Teknik
yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilaku
sendiri melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri
f)
Behavioral
Rehearsal
Teknik
penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar
ketrampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak
g)
Kontrak
Suatu
kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik
untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling.Teknik ini memberikan batasan,
motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan
bagi konseli untuk dilaksanakan anatr pertemuan konseli.
h)
Pekerjaan Rumah
Teknik
yang digunakan dengan cara memberikan tugas / aktivitas yang dirancang agar
dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru,
meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah
yang dihadapinya.
i)
Role Playing
Teknik
yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkan
dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin
dikuasainya sehingga dapat tujuan yang diharapkan
j)
Extinction (Penghapusan)
Extinction (Penghapusan)
adalah menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya diberi
reinforcement.
k)
Satiation (Penjenuhan)
Penjenuhan (satiation)
adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak lagi
bersedia untuk melakukannya.
l)
Punishment (Hukuman)
Hukuman (Punishment) merupakan intervensi operant-conditioning yang digunakan
konselor untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
m)
Time-out
Time-out merupakan
teknik menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan penguatan positif.
n)
Terapi Aversi
Terapi aversi merupakan teknik yang bertujuan
untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan
pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai
tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.
E.
Kelemahan dan
Kelebihan
1.
Kelemahan
Kelemahan atau keterbatasan kelompok behavioral
:
a.
Anggota kelompok lebih tergantung pada dukungan
dan dorongan kelompok
b.
Beberapa metodenya dipraktekkan secara kaku.
Begitu menekankan pada teknik-teknik dan tidak memadai bagi individu-individu.
c.
Kecenderungan mengabaikan masa lalu dan
ketidaksadaran. Sejarah awal banyak mempengaruhi masyarakat, sementara itu
kelompok behavioral tidak mempertimbangkannya.
d.
Kurang fokus pada isu-isu besar kehidupan.
Kelompok behavioral lebih konsentrasi pada kejadian nyata atau keterampilan
dalam kehidupan anggota alih-alih kehidupan anggota secara keseluruhan.
e.
Terkonsentrasi pada perilaku yang tampak,
apakah terbuka atau tertutup. Kelompok behavior tidak mengkonsentrasikan pada
perasaan (feeling), tapi lebih pada dinamika dibelakangnya.
2.
Kelebihan
a.
Mengembangkan konseling sebagai ilmu karena
mengundang penelitian dan menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses koseling
b.
Mengembangkan perilaku yang spesifik sebagai
hasil konseling yang dapat diukur
c.
Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan
pada perilaku sekarang dan bukan pada perilaku yang terjadi dimasa datang.
Komentar
Posting Komentar