materi majaz (balahah)
1.
Pengertian Majaz
Menurut bahasa majaz bermakna melewati. Secara terminologi yaitu
kata yang digunakan bukan untuk makna yang sebenarnya karena adanya ‘alaqah disertai
adanya qarinah yang mencegah dimaknai secara hakiki.
Majaz (konotatif) merupakan kebalikan dari hakiki (denotatif).
Majaz Mursal adalah majaz yang ‘alaqahnya ghair musyabbah ( tidak
saling menyerupai). Dengan kata lain antara makna asal dan makna yang dimaksud,
tidak saling serupa menyerupai; misalnya yang disebut tempat, sedang yang
dimaksud adalah penghuninya.
Contoh :
بلادى
وإنجارت عليّ عزيزة وقومى و إن ضنّوا عليّ كرام
(Negeriku, sekalian dzalim padaku,
namun tetap agung; dan kaumku, sekalipun kikir padaku, tetap mulia).
Yang dimaksud bukan negeri itu sendiri, tetapi pendudukna. Antara
makna asal dan makna yang dimaksud tidak ada serupa menyerupai. Itulah majaz
mursal.[1]
Alaqah antara musta’ar dan musta’ar minhu dalam bentuk :
·
Sababiyah : ini sebagai salah satu indikator majaz mursal .
Menyebutkan sebab sesuatu, sedangkan yang dimaksud adalah sesuatu yang
disebabkan.
Conto:
Al-Mutanabbi bekata:
له أياد علي سابغة # أعد منهاولا أعددها
Ia mempunyai
tangan-tangan yang berlimpah padaku, dan diriku ini merupakan bagian dari
dirinya, dan aku tidak kuasa menghitungnya.[2]
Perhatikan kata ayyaad dalam syair
Al-Mutanabbi. Apakah andaberanggapan bahwa ia mengendaki maknaya yang hakiki,
yaitu tangan-tangan yang sesungghnya? Yang ia kehendaki adalah kenikmatan-kenikamatan
yang banyak. Jadi kata ayyaad dalamungkapan ini adalah majaz. Akan tetapi,
apakah anda melihat ada hubungan keserupaan antara tangan dan kenikmatan? Tentu
saja tidak. Kalau demikian apa hubungan antara maknanya yang asli dan makna
majazi? Ketahuilah bahwa tangan hakiki adalah alat untuk menampaikan beberapa
kenikmata. Jadi, tangan meupakan sebab bagi kenikmatan tersebut. Oleh karena it
hubungannya adalah as-sababiyyah. Da hal ini banyak gunakan dalam bahasa arab.[3]
·
Musababiyah : menyebutan sesuatu yang disebabkan, sedangkan yang
dimaksud adalah sebabnya.
Contoh :
وينزل
لكم من السماء.................( المؤمنون : 13)
...dan menurunkan untuk
kamu rizki dari lagit. (QS.Al-mu’minun)
...Rezeki itu
tidak tidak diturunkan Allah dari langit, melankan yang diturunkan adalah air
hujan yang dengannya tumbuhan-tumbuhan menjadi hidup dan menjadi sumber rezeki
bagi kita. Maka rezeki adalah musabbabatau akibat dari turunnya hujan
hujan. Jadi hubungannya adalah musabbabiyyah.[4]
·
Juz’iyyah : Menyebutkan bagan dari sesuatu, sedangkan yang
dimaksudkannya adalah keseluruhannya.
Contoh :
كم بعثنا الجيش جرا # راو ارسلنا العيون
Berkali-kali
kami mengutus tentara dalam jumlah besar dan kami banyak melepaskan mata-mata.[5]
Adapun kata al-‘ayuu pada contoh
ketiga,maksudnya adalah
mata-mata (spion). Jad sanat dimengerti bahwa penggunaan kata tersebut adalah
majaz. Hubungannya adalah bahwa mata adalah suatu bagian , bahkan yang paling
dominan dar ispion, dan karenanya yan diucapkan hanya sebagian, namun yang
dimaksud adalah selurunya. Oleh karena itu, dapat dikatakan hubungannya adalah
juzi’yya.[6]
·
Kuliyyah : menyebutkan sesuatu keseluruhannya, sedangkan yang
dimaksudkannya adalah sebagiannya.
Contoh :
وإني
كلما دعوتهم لتغفرلهم جعلوا اصابعهمفي أذانهمز(نوح : 7 )
Da sesunguhya
setiap kali aku menyeru mereka ( kepada iman ) agar Engkau mengampuni mereka,
mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinga. (QS.Nuh:7).[7]
Pada contoh keempat. Kita yakin
bahwa seseorang tidak mungkin dapat meletakkan seluruh jarinya diteliga. Jadi
sekalipun yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah seluruh jarinya, namun
yang dimasud adalah salah satu jarinya ( biasanya jari telujuk kiri dan kanan ). Penggunaan kata tersebut adalah majaz,dan
hubungannya adala kuliyyah.[8]
·
I’tibaaru maa yakuunu : menyebutkan sesuatu dngan keadaan yang akan
terjadi, sedangkan yang dimaksudkannya adalah keadaan sebelumnya.
Contoh :
وأتوا
اليتمى اموالهم...(النساء : 21 )
Dan berikanlah pada anak-anak yatim ( yang suda balig ) harta-harta
mereka. (QS. An-nisa’ : 2).
Pada contoh kelima.
Kita tahu bahwa anak yatim menurut bahasa adalah anak kecil yang ayahya
meningal. Apakah anda beranggapan bahwa Allah memerntahkan untuk membrikan
harta peninggalan ayahnya kepada anak yatim yang masih kecil-kecil?. Hal ini
tidak dapat dibenarkan. Akan teapi yang benar adalah Allah memerintahkan untuk
membeikan harta itu kepada anak yatim yang telah mencapai usia dewasa. Jd
peggunaan kata yataamaa pada ayat diatas adalah majaz karena yang dimaksud
dengannya adalah orang-orang yang justru telah meninggalkan usia yatimnya.
Hubungan antara kedua makna ini adalah I’tibar maa kaana ( mempertimbangka
sesuatu yang terjadi).[9]
·
Mahaliyyah : menyebutkan tempat sesuatu, sedangkan yang dimaksudkannya adalah
menempatinya.
Contoh :
انك ان تذرهم يضلا دك ولا يلدواالافاجراكفارا....
(نوح:)
Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal niscaya mereka akan
menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang
berbuat maksiat lagi sangat kafir.
Allah berfirman, :’Fal yad’u
naadiyah.” Perintah dalam ayat ini adalah untuk mengejek dan menyepelekan,
karna kita tahu bahwa makna kata annadii adalah tepat berkumpul. Akan tetapi
yang dimaksud dengannya adalah orang-orang yang ada ditempat yang sama, baik
keluarganya maupun pembantnya. Jadi,kata annadii dalam ayat ini adalah majaz
yaitu menyebutkan tempat, namun yang dimaksud adalah orang yang menempatinya.
Hubugannya adalah Al-Mahaliah.
·
Haliyyah :
menyebutkan keadaan sesuatu, sedangkan yang dimaksudkannya adalah yang
merasakan keadaan itu.
Contoh:
فل
يدع ناديه سندع الزبانية.
(العلق:
19-18)
Maka biarkan dia memanggil
golongannya (untuk menolongnya) kelak kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah.
(QS Al Alaq: 17-18 )
Sebagai
kebalikan dari Al Mahaliyah, Kenikmatan itu tidak bisa ditempati oleh manusia
karena kenikmatan itu sesuatu yang bersifat abstrak. Yang bisa ditempati adalah
tempat kenikmatan tersebut. Maka penggunaan kata Kenikmatan unyuk kenikmatannya
adalah majaz yaitu menyebutkan suatu hal yang menempati satu tempat, namun yang
dimaksud adalah tempatnya itu. Jadi, hubungannya adalah Al-haaliyah.
·
Aliyah :
apabila disebutkan alatnya, sedangkan yang dimaksudkan adalah sesuatu yang
dihasilkan oleh alat tersebut.
Contoh:
ان
الابرارلفى نعيم (المطففين: 22)
Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu benar –benar berada
dalam kenikmatan yang besar(Surga).
(QS Al
Muthafifin: 22)
Majaz
Aqli adalah penisbatan atau penyandaran suatu kata fi’il kepada fa’ilnya yang tidak
sebenarnya.
Contoh :
أشا ب الصغير و أفنى الكبير كرّ الغداة ومرّ العشىّ
(Berulanglah pagi dan lewatnya
sore, telah membuat anak kecil beruban dan orang tua musnah).[10]
Penyandaran
fi’il atau yang semakna dengannya dilakukan kepada :
·
Sebab
بنى
الأ مير المدينة
Gubernur
membangun kota. Gubernur hanya sebab sedangkan yang membangun bukan beliau
sendiri tetapi para pekerja.
·
Penisbatan kepada waktu
صا م
نهاره
Berpuasa siang
harinya. Yakni orang yang berpuasa di siang hari.
·
Penisbatan kepada tempat
جرى
النهر
Mengalir sungai. Hakikatnya airnya.
·
Penisbatan kepada mashdar
جدّ
جدّه
Sungguh-sungguh kerajinannya. Yakni orangnya.
·
Mabni maf’ul disandarkan kepada isim fa’il
أفعم
السيل
Dipenuhi banjir. Hakikatnya sungai.
·
Mabni fa’il disandarkan kepada isim maf’ul
رضيت
العيشة
Telah
meridhoi kehidupan. Hakikatnya orang meridhoi kehidupan
[1] K.H.A. Wahab Muhsin, Drs. T Fuad Wahab. 1992. Pokok-Pokok Ilmu
Balaghah. Bandung : Angkasa. Hlm 48
[2] Ali Al-harun, Musthafa Amin, 2013, terjemahan Al-Balaghah Wadihah,
Bandung : Sinar Baru Algensindo. Hlm. 148.
[3] Ibid. Hlm.150
[4] Ibid. Hlm. 150.
[5] Ibd. Hlm. 148.
[6] Ibid. Hlm. 150.
[7] Ibid. Hlm. 149.
[8] Ibid. Hlm. 151.
[9] Ibid. Hlm. 151
[10] Ibid. Hlm. 67
Komentar
Posting Komentar